Siapa bilang di tanah Papua tidak ada objek pariwisata bahari yang memukau? Selama ini Papua lebih dikenal dengan eksotisme kebudayaannya yang sederhana serta sumber daya alamnya yang melimpah. Namun, datanglah ke Raja Ampat, dan nikmati keindahan terumbu karang, lengkap dengan biota laut menawan serta pemandangan bahari yang mengesankan.
Tak salah bila kemudian Putri Indonesia 2005 Nadine Chandrawinata
menyatakan kekagumannya pada kawasan ini setelah melakukan penyelaman,
merasakan sajian panorama bawah laut Raja Ampat yang sangat memikat.
Penggemar snorkeling dan diving memang dijamin tidak akan kecewa.
Sebaliknya, mereka bakal terpanggil untuk datang dan datang lagi.
Raja
Ampat adalah pecahan Kabupaten Sorong, sejak 2003. Kabupaten
berpenduduk 31 ribu jiwa ini memiliki 610 pulau (hanya 35 pulau yang
dihuni) dengan luas wilayah sekitar 46.000 km2, namun hanya 6.000 km2
berupa daratan, 40.000 km2 lagi lautan.
Pulau-pulau yang belum
terjamah dan lautnya yang masih asri membuat wisatawan langsung
terpikat. Kepulauan Raja Ampat terletak di barat laut kepala burung
Pulau Papua, dengan kurang lebih 1500 pulau kecil dan atoll serta 4
pulau besar utama, yakni Misol, Salawati, Bantata dan Waigeo. Inilah
yang kemudian menjadikan Raja Ampat taman laut terbesar di Indonesia.
Wilayah
ini sempat menjadi incaran para pemburu ikan karang dengan cara
mengebom dan menebar racun sianida. Namun, masih banyak penduduk yang
berupaya melindungi kawasan itu sehingga kekayaan lautnya bisa
diselamatkan. Terumbu karang di laut Raja Ampat dinilai terlengkap di
dunia. Dari 537 jenis karang dunia, 75 persennya berada di perairan ini.
Ditemukan pula 1.104 jenis ikan, 669 jenis moluska (hewan lunak), dan
537 jenis hewan karang. Luar biasa!
Bank Dunia bekerja sama dengan lembaga lingkungan global menetapkan Raja
Ampat sebagai salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mendapat
bantuan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) II,
sejak 2005. Di Raja Ampat, program ini mencakup 17 kampung dan
melibatkan penduduk lokal. Nelayan juga dilatih membudidayakan ikan
kerapu dan rumput laut.
Khusus untuk Anda yang tidak tertarik
dengan aktivitas menyelam, hamparan laut biru yang membiaskan keindahan
langit, taburan pasir putih yang memancarkan kilaunya bagaikan mutiara,
bisa dinikmati. Selain itu, masih ada gugusan pulau-pulau yang memesona
dan flora serta fauna unik seperti cenderawasih merah, cenderawasih
Wilson, maleo waigeo, beraneka burung kakatua dan nuri, kuskus waigeo,
serta beragam jenis bunga anggrek.
Papua Diving di pulau Mansuar
adalah salah satu resort terkemuka yang berada di kawasan ini.
Wisatawan-wisatawan mancanegara penggemar selam betah selama
berhari-hari bahkan sebulan berada di Raja Ampat menikmati keindahan
yang ada di sana dan menginap di Papua Diving.
Maximillian J Ammer, warga negara Belanda pemilik Papua Diving Resort
yang juga pionir penggerak wisata laut kawasan ini, harus mati-matian
menyiapkan berbagai fasilitas untuk menarik turis dari mancanegara.
Sejak memulai usahanya delapan tahun lalu, banyak dana harus
dikeluarkan. Namun, hasilnya juga memuaskan. Setiap tahun resor ini
dikunjungi minimal 600 turis spesial yang menghabiskan waktu rata-rata
dua pekan.
Penginapan sangat sederhana yang hanya berdinding
serta beratap anyaman daun kelapa itu bertarif minimal 75 euro atau Rp
900.000 semalam. Jika ingin menyelam harus membayar 30 euro atau sekitar
Rp 360.000 sekali menyelam pada satu lokasi tertentu. Kebanyakan
wisatawan datang dari Eropa. Hanya beberapa wisatawan asal Indonesia
yang menginap dan menyelam di sana.
Pulau Kri, Waigeo, serta
Misool juga menyiapkan resort buat pengunjung. Di pulau Misool ada Eco
Resort yang dibangun dengan menerapkan prinsip-prinsip konservasi alam
yang ketat. Ada kesepakatan dengan penduduk adat di sekitar wilayah
tersebut untuk menjaga ekosistem terpadu yang disebut “No Take Zone”
yakni melarang eksploitasi pengambilan apapun dari laut, mulai dari
berburu kerang, telur penyu,sirip ikan hiu sampai hanya sekedar mencari
ikan. Secara ekstrim, malah di eco resort ini mengharamkan penggunaan
antiseptik karena limbah buangannya dikhawatirkan akan membunuh
ekosistem terumbu karang di sekitarnya.
Beberapa resor menetapkan harga relatif mahal karena menyuguhkan
fasilitas lengkap. Wisatawan dengan biaya terbatas juga dapat
memanfaatkan resort milik pemerintah yang jauh lebih murah di daerah
Waisai, ibu kota Raja Ampat.
Anda harus terbang dulu ke Bandara
Domne Eduard Osok, Sorong, Papua, lalu langsung menuju lokasi dengan
kapal cepat berkapasitas sekitar 10 orang yang tarifnya Rp 3,2 juta
sekali jalan. Perlu waktu sekitar 3-4 jam untuk mencapai kawasan Raja
Ampat khususnya ke Pulau Mansuar.
Untuk berkeliling pulau yang
diinginkan, kita dapat menyewa speedboat kapasitas 10 orang dengan harga
Rp 3-5 juta per 8 jam, tergantung kepandaian kita menawar. Kita juga
bisa mengambil paket wisata dengan mengunjungi perkampungan untuk
melihat tanaman dan hewan khas setempat seperti burung Cendrawasih.
Untuk
masuk ke kawasan Raja Ampat, setiap orang harus membayar biaya masuk
sebesar Rp 250 ribu untuk wisatawan domestik, dan Rp 500 ribu untuk
wisatawan dari mancanegara. Sebuah pin bulat yang berfungsi seperti
identitas ini akan kita terima, setelah membayar biaya tersebut.
Uniknya,
pin ini berlaku untuk satu tahun, sejak 1 Januari hingga 31 Desember.
Jadi jika dalam satu tahun itu kita bolak-balik mengunjungi Raja Ampat,
hanya perlu membayar biaya masuk satu kali saja. Tentu saja pin tadi
tidak boleh hilang dan harus kita kenakan sebagai tanda pengenal.